Menganalisis kebijakan pertanian di Jawa Tengah
Saat
ini Departemen Pertanian telah menetapkan berbagai program prioritas
diantaranya adalah Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN),
Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS), dan
Program Pengembangan Kawasan Horikultura (PKH). Oleh pemerintah pusat,
Provinsi Jawa Tengah mendapat tugas untuk menjadi salah satu provinsi
utama dalam mendukung keberhasilan program tersebut, karena potensi
wilayah dinilai memadahi.
Dalam pengembangannya diperlukan pendekatan
pembangunan yang mengacu pada komoditas unggulan, kewilayahan,
pemeberdayaan masyarakat, kelestarian lingkungan serta sistem agibisnis.
Pendekatan pembangunan pertanian yang mempertimbangkan hal tersebut
salah satunya adalah pengembangan kawasan agropolitan.
Agar
pembangunan pertanian di Jawa Tengah dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku, maka perlu mempertimbangkan kebijakan yang terkait dengan
Undang – Undang Otonomi Daerah. Dalam kaitannya dengan kewenangan
pembangunan pertanian, maka pemerintah daerah mempunyai peluang yang
cukup luas dalam menentukan arah dan kebijaksanaan pembangunan pertanian
sesuai dengan permasalahan, potensi dan karakter daerah.adapun hasil pengamatan-pengamatan yang ada di Jawa Tengah yaitu:
1.informasi yang terkait dengan kebutuhan pangan di Jawa Tengah terus
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang sampai saat ini
sekitar 33.402. juta jiwa. Berarti akan membutuhkan beras sebanyak
2.803.429 ton beras. Berdasarkan angka ramalan III tahun 2009 produksi
padi di Jawa Tengah 9.504.207 ton GKG atau setara sekitar 5.702.524 ton
beras, artinya akan surplus sebanyak 2.899.095 ton.
2. Selama enam tahun
terakhir laju pertumbuhan produktivitas padi di Jawa Tengah adalah 1,30
%, sedangkan laju pertumbuhan produksi produksi rata – rata adalah 1,94
%. Apabila hal ini dikaitkan dengan produksi padi yang menerapkan
pendekatan PTT sebenarnya masih dapat ditingkatkan produktivitas dan
produksinya. Sebab berdasarkan hasil kajian usahatani padi di Jawa
Tengah dengan pendekatan PTT dapat meningkatkan produktivitas berkisar
antara 13,4 – 34,3%.
3. Saat ini populasi sapi potong di Indonesia
sekitar 10,8 juta ekor. Jumlah tersebut baru bisa memenuhi sekitar 66,2 %
dari kebutuhan daging sapi nasional. Untuk memenuhi kekurangan terhadap
daging sapi, Indonesia masih mengimpor sapi dan daging sapi dari
beberapa negara seperti Australia dan Selandia Baru. Kondisi tersebut
terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara jumlah sapi yang
dipotong dengan laju permintaan dagingsapi . Apabila kebijaksanaan dalam
pencapaian swasembada daging sapi tidak ada perubahan yang signifikan
diperkirakan peranan sapi potong dalam penyediaan daging nasional akan
semakin menurun, sebaliknya sapi dan daging impor akan semakin
meningkat. Untuk itu pemerintah telah mencanangkan kebijakan dan program
yang terkait dengan percepatan pencapaian swasembada daging sapi
(P2SDS).
4. Populasi sapi potong di Jawa tengah saat ini sekitar
1.416.464 ekor. Dinamika atau perkembangan populasi sapi potong di Jawa
Tengah selama sepuluh tahun terakhir rata-rata mengalami peningkatan
0.91%. Namun demikian pada tahun 2004-2005 hanya mengalami peningkatan
sebesar 0,22%, bahkan dari tahun 2005-2006 hanya 0,15%. Produksi daging
sapi di Jawa Tengah saat ini sekitar 44,3 ribu ton/tahun. Atau mempunyai
kontribusi sebesar 37 % dari produksi daging sapi nasional.
5.
Perkembangan produksi daging sapi di Jawa Tengah selama sepuluh tahun
terakhir meningkat sebesar 6.57%. Namun, dari tahun 2002-2006
menunjukkan trend penurunan sebesar 3,98%. Fenomena ini secara implisit
menunjukkan bahwa pada periode tersebut jumlah pemotongan ternak sapi
sudah jauh di atas jumlah kelahirannya. Apabila yang diharapkan adalah
dinamika populasi yang menunjukkan angka yang terus meningkat, maka
langkah yang perlu ditempuh adalah meningkatkan angka kelahiran,
meningkatkan produktivitas sapi penggemukan serta mencegah pemotongan
sapi betina produktif.
6. Komoditas utama sayuran dan bunga adalah
bawang merah dan putih (kawasan Pantura), kentang (kawasan Dieng),
kubis, wortel, tomat cabe merah, dan buncis (Kawasan Tawangmangu,
Magelang, Gunung Slamet), bunga krisan ( Kabupaten Semarang. Buah –
buahan utama yang dikembangkan adalah belimbing Demak), durian (dataran
sedang), rambutan, salak ( kawasan Magelang dan Banjarnegara) Semangka,
Melon (Grobogan, Demak, Sragen, Karanganyar).
7. Sejak 2003 sampai 2009
Provinsi Jawa Tengah sudah mengimplementasikan konsep pembangunan
kawasan agropolitan di 10 kabupaten yaitu Pemalang, Semarang, Magelang,
Karanganyar, Boyolali, Brebes, Batang, Banjarnegara, Purbalingga, dan
Wonosobo. Pada 2010 pengembangan kawasan agropolitan dikembangkan lagi
sebanyak enam kabupaten yaitu Kabupaten Purworejo, Pekalongan, Cilacap,
Banyumas, Temanggung dan Demak.
8. Pengembangan kawasan agropolitan di
Kabupaten Purworejo 2010 akan dipusatkan di Kawasan Agropolitan Bagelen
(KAB) yang terdiri dari Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Purwodadi dan
Ngombol. Kawasan tersebut merupakan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) I
yaitu Kecamatan Ngombol dan Kaligesing serta SWP II yaitu Kecamatan
Bagelen dan Purwodadi.
9. Berdasarkan hasil diskusi dengan para tokoh
petani dan pedagang di kawasan tersebut, komoditas yang diunggulkan
tampaknya tidak seluruhnya sama dengan yang direncanakan, seperti mlinjo
dan rambutan belum dinilai sebagai komoditas unggulan. Berdasarkan
hasil diskusi komoditas yang perlu dikembangkan adalah kelapa untuk
industri gula aren, manggis, durian, padi, jagung, sapi dan kambing.
amin
BalasHapusoke
BalasHapusoke
BalasHapus